BERANDA PARA PENGEMBARA KEHIDUPAN

Kehidupan adl proses pembelajaran tanpa henti,proses demi proses di lewati,kejadian demi kejadian di alami,rasa yg muncul pun silih berganti,semuanya mewarnai kanfas kehidupan ini,beragam warna yg ada menjadikan lukisan ini mjd indah dlm sebuah harmonisasi mahakarya sempurna,sebuah seni yg maha apik dirancang sang maha kreatif,mari kita memberi judul tiap gambar yg kita buat dg memberikan makna dan hikmah dari tiap kisahnya,agar pengembaraan kita memberi makna,mari melukis di kanfas kehidupan....

Senin, 05 April 2010

BIARKAN KEDAMAIAN BICARA

Agak berbeda dengan sejumlah orang yang marah kalau profesinya dijadikan sumber tawa, saya kerap belajar banyak dari tawa dan canda. Karena ia kaya inspirasi dan imajinasi. Di sebuah bar yang lagi sepi pengunjung, tiba-tiba saja ada seorang laki-laki parlente memasuki bar sambil memesan minum. Heran dengan penampilan pria yang amat parlente ini, penjaga bar bertanya tentang profesi dan pekerjaan orang terakhir. Dengan mantap laki-laki dandy ini menyebut profesi konsultan. Tentu saja penjaga bar mengerutkan alisnya sebagai tanda tidak tahu. Maka bertanyalah ia : ‘Konsultan, mahluk apa itu ?’.

Sebagaimana konsultan umumnya yang senantiasa bicara meyakinkan, dengan tenang ia menjawab : ‘A logical thinker’. Mendengar jawaban terakhir, penjaga bar semakin bingung. Menangkap mimik muka bingung, pria parlente tadipun mencoba untuk menerangkannya dalam bahasa konsultan. ‘Anda punya aquarium ?’, demikian konsultan tadi memulai pembicaraan. Dan dijawab dengan anggukan kepala oleh lawan bicaranya. ‘Nah, kalau punya aquarium berarti Anda pencinta ikan’. Kali ini juga dijawab dengan mengangguk. ‘Bila Anda pencinta ikan, berarti Anda juga menyayangi istri’. Tidak ada alternatif lain bagi penjaga bar terkecuali mengiyakan. ‘Kalau Anda punya istri, itu artinya Anda punya anak’. Dan ajaibnya, kali inipun bar tender ini
angguk-angguk tanda mengiayakan. Terakhir, setelah menghabiskan minuman, sambil berjalan ke luar bar, laki-laki parlente tadi menyimpulkan pembicaraannya begini : ‘Kesimpulannya, kalau Anda punya anak artinya Anda tidak impoten’.

Di luar pengetahuan penjaga bar dan konsultan tadi, rupanya keseriusan pembicaraan tadi diperhatikan tukang sapu dari jauh. Begitu sang konsultan keluar bar, maka tukang sapu juga bertanya keherananan : ‘siapa tadi yang pakaiannya amat parlente ?’. Menirukan gaya bicara konsultan, penjaga bar menjawab yakin : ‘Oh tadi itu konsultan’. Tukang sapu ini lebih bingung lagi : ‘apa itu konsultan ?’. Meniru jawaban konsultan, bar tender menjawab : a logical thinker. Tentu saja lawan biacara terakhir bingung. Berhasil dicuci otak oleh konsultan, penjaga bar menjelaskannya dengan cara yang sama. ‘Punya aquarium?’. Dan tukang sapu menggelengkan kepalanya. Melihat gelengan kepala terakhir maka bar tender menyimpulkannya secara yakin : ‘Kalau Anda tidak punya aquarium, artinya Anda impoten’.

Sebelum tertawa disebut sebagai salah satu bentuk terorisme – karena setelah kejadian penghancuran WTC New York sedikit-sedikit penguasa menyebut teroris - sebaiknya Anda tertawalah sebanyak-banyaknya. Yang jelas, dengan seluruh kelebihan dan kekurangannya demikianlah cara pikiran bekerja : mengkotak-kotakkan. Dengan tidak ada maksud membuka perang dengan pengagum pikiran, sejak dulu pikiran memang bermata ganda : membantu sekaligus membatasi. Sulit membayangkan bagaimana wajah kehidupan manusia tanpa dibantu pikiran. Sama sulitnya membayangkan kehidupan tanpa pikiran, kita juga sulit membantah kenyataan pikiran sebagai pembatas manusia dalam melakukan perjalanan. Dalam kurun waktu ribuan tahun, manusia sudah dipenjara pikiran.

Dibawanya manusia pada hidup yang penuh dengan kotak. Ada kotak bangsa, agama, bahasa. Belum lagi kotak-kotak mengerikan yang bernama kebencian dan kemarahan. Sebagai hasilnya, masalah-masalah fundamental seperti ketakutan, konflik, kehidupan yang kehilangan arti, tetap saja ada sepanjang zaman.

Sadar dengan aspek kedua pikiran sebagai pembatas perjalanan inilah, maka orang-orang seperti J. Krishnamurti, Dalai Lama dan praktisi meditasi intens lainnya, mengajak kita untuk belajar melampaui pikiran. Kendaraan yang bisa membawa kita ke sana ada banyak sekali, salah satu yang dikenal luas bernama meditasi.

Bedanya dengan pikiran, meditasi tidak bisa diwakili oleh kata-kata manapun. Ia adalah sebuah kegiatan mengalami di dalam diri. Semakin ia dipaksa untuk didefinisikan, mudah sekali orang tergelincir dalam kedangkalan-kedangkalan. Apapun kendaraan yang dipakai dan jalan yang ditempuh, ada satu hal yang layak dipertimbangkan dalam upaya melampaui pikiran : keikhlasan. Sebuah kualitas yang sudah lama dibuat tenggelam oleh kegemaran pikiran untuk ‘berdagang’ (baca : berkalkulasi) dengan kehidupan dan Tuhan. Ada yang hanya sembahyang lima waktu setelah jadi manajer. Ada yang berdemonstrasi mau menghancurkan pabrik hanya karena isu ketidakadilan. Dalam skala yang lebih besar, sahabat-sahabat yang pro dan anti Amerika setelah kejadian hancurnya WTC New York oleh serangan teroris, bahkan membuka jalan bagi terealisasinya ramalan clash civilization. Ibarat langit- angit kamar yang membatasi ketinggian pandangan, demikianlah pikiran membatasi perjalanan menuju keikhlasan.

Perjalanan terakhir menjadi super sulit, terutama pada kehidupan yang sudah demikian mesranya ‘berselingkuh’ dengan pikiran. Dari perselingkuhan terakhir, mudah sekali keluar stempel seperti bodoh, tidak mengerti, tidak tahu dan sejenisnya terhadap keikhlasan.

Sehingga mudah dimaklumi kalau Rabin Dranath Tagore dalam The Heart of God, pernah menulis : “Let this be my last word, that I trust in Your love”. Terinspirasi dari sinilah, maka saya senantiasa mengawali doa, agar semua permohonan saya diganti dengan keikhlasan. Sebab, hanya keikhlasanlah yang bisa mengganti setiap kota dan desa yang saya kunjungi menjadi kota dan desa keheningan dan kedamaian.

Setidaknya itulah yang bisa saya tuturkan ke Anda dalam inner journey sejauh ini. Dan ini tidak ada sangkut pautnya dengan hubungan antara kepemilikan aquarium dan impotensi. Ha ha ha!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar